Minggu, 30 Oktober 2011

tugas IBD ke 2

1. Asal mula batik


Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak Motif Batik - menggunakan canting atau cap - dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna Motif Batik pada Baju Batik "malam" (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing.
 


Jadi kain Baju Batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak Batik Solo dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) - bukan kain batik. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik Busana Batik dan Blus batik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik Batik Solo adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Ragam corak dan warna Desain Busana Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak Busana Batik dan Blus batik hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix.

Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing. Teknik Desain Busana Batik dan membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul Batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.

2. segi positif dari batik

Karena batik adalah karya seni bangsa Indonesia, jika kita memakainya orang asing akan mengenal bahwa batik berasal dari Indonesia, dan juga batik sering di gunakan untuk acara adat jawa, pernikahan, dll

3. batik dalam peningkatant taraf hidup ?

industri batik nasional memiliki potensi untuk dijadikan generator atau pembangkit ekonomi nasional. Namun, jika potensi itu tidak digali lebih dalam, generator bisa tidak berfungsi, lalu mati kemudian tidak ada artinya sama sekali. Karena itu pasca pengakuan Unesco, tugas kita menjadi semakin berat.

Demikian terungkap dalam seminar nasional IKM Batik dan Pameran Eco di Balai Besar Kerajinan dan Batik, Yogyakarta, Rabu. Seminar yang berlangsung selama tiga hari (21-23 Juni 2011) itu diharapkan mampu menelurkan gagasan-gagasan baru guna mengangkat dan menjadikan batik penghela ekonomi nasional.

Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang Pemasaran dan P3DN, Fauzi Azis yang tampil menjadi salah satu nara sumber dalam paparannya menyatakan jika Indonesia benar-benar mau menjadikan batik sebagai bisnis, Indonesia, khususnya mereka yang bergerak dalam bidang industri batik, harus pula benar-benar menjadikan batik dan memperlakukan sekktor industri itu sebagai bisnis yang dapat meningkatkan pendapatan.

Pengakuan batik sebagai bisnis, katanya, tentu menimbulkan dampak positif baik dilihat dari dampak budaya maupun dampak ekonomi. Karena itu khusus yang terkait dengan dampak ekonomi, para pengrajin dituntut untuk mempelajari kehendak dan keinginan pasar.

4. peningkatan lapangan pekerjaan

Batik dikenal sebagai warisan budaya asli Indonesia yang sudah diakui dunia internasional. Eksistensi batik sebagai sebuah karya cipta peninggalan budaya makin diperkuat dengan keberagaman jenis dan motifnya di setiap wilayah tanah air. Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki batik khas yang menjadi kekayaan bernilai seni tinggi. Motifnya yang dinamis menjadikan batik banyak dimodifkasi dan dikreasi mengikuti perkembangan jaman. Salah satu motif pengembangan batik yang banyak digemari masyarakat dewasa ini adalah penggunaan prada. Prada merupakan cara menghias batik dengan menggunakan warna keemasan dalam bentuk lapisan.

Salah satu pembuat batik yang saat ini menggunakan prada sebagai tambahan nilai jualnya adalah Ibu Sajinah (53). Ibu Sajinah mengaku jika produksi kain batik prada tersebut sudah ditekuninya sejak 10 tahun yang lalu. “Awalnya saya menekuni produksi bordir kain, dan itu sudah berjalan 25 tahun, namun saat ‘pemain’ bordir mulai menjamur saya memutuskan untuk menekuni produksi batik prada yang saat itu belum banyak dilirik orang,” jelasnya.

Di rumahnya Dusun Brajan RT.6 Wonokromo Pleret Bantul, anak kedua dari enam bersaudara tersebut mampu memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar rumahnya menjadi pengrajin batik prada. “Saat ini saya dibantu tenaga produksi yang terdiri dari ibu rumah tangga di sekitar rumah untuk memproduksi kain batik prada dan pengerjaannya kebanyakan mereka bawa pulang” kata Bu Sajinah. Dengan upah Rp.15.000,00/ lembar kain, Bu Sajinah mampu menciptakan lapangan kerja bagi 22 orang ibu rumah tangga yang kini produktif menghasilkan 500 kain batik prada setiap bulannya.

BERBAGAI MACAM BATIK YANG ADA DI INDONESIA....

Sebagai warga Negara Indonesia kita harus bisa berbangga hati. Karena di Indonesia banyak sekali keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama, dan kesenian yang begitu beraneka ragam. Salah satunya dalam bidang fashion. Di Indonesia terdapat kain bermotif yang tidak dapat dikunjungi di negara lain dan memiliki corak yang unik sekaligus menarik. Kain tersebut biasa kita sebut dengan kain batik. Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi dengan bangsa lain.

Di bawah ini merupakan macam-macam batik yang terdapat di Indonesia :
1. Batik Kraton


Jenis Batik yang Berkembang di Indonesia

Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.



2. Batik Sudagaran


Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.



3. Batik Petani


Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.



4. Batik Belanda


Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar